Membaca pendapat Sekjen PAN, Eddy Soeyono pada harian umum Suara NTB tanggal 8 Agustus 2016 yang lalu tentang figur calon gubernur NTB di masa mendatang (tahun 2018) maka hal tersebut tidak ada salahnya. Tetapi apakah tidak sebaiknya saat ini kita berbicara terlebih dahulu mengenai permasalahan pada program pembangunan, baik yang telah dilaksanakan oleh pejabat-pejabat saat ini pada dekade lima tahun pertama dan kedua (walaupun belum selesai) sehingga untuk memberikan berpendapat tersebut sepertinya dinilai masih terlalu pagi. Mengapa kita membutuhkan kesimpulan dari pelaksanaan semua program pembangunan? Karena kita ingin mengetahui tingkat keberhasilan yang telah dicapai dalam kedua dekade.

Tingkat keberhasilan inilah yang akan menjadi standar atau barometer bagi masyarakat NTB untuk mengenal pemimpinnya. Standar atau barometer sangat penting bagi suatu pembangunan, sehingga merupakan titik tolak pejabat dalam melaksanakan program yang akan datang dan yang akan beranjak. Sebab apa artinya apabila program yang telah dicapai tidak dikelola secara berkesinambungan.

Ramalan masa lima tahun setelah 2018 adalah masa mencari keunggulan kompetisi untuk membuat suatu perubahan tidak saja terhadap negara sahabat yaitu ASEAN, tetapi juga di luar teritorial lingkaran tersebut. Diakui keberhasilan berbagai aspek pembangunan telah berjalan sebagaimana yang diharapkan, tetapi tenggang waktu yang harus dicapai belum selesai, sehingga nampak terlalu dini bila kita berasumsi dikarenakan parameter atau standar yang diajukan kepada pejabat jelas adalah hal yang belum pasti mengingat masa berakhirnya tanggung jawab mereka belum selesai sehingga tolak ukur bisa menjadi kurang tepat.

Kita memang sering terjebak dalam menilai figur seseorang. Hal tersebut merupakan kebebasan kita beropini dan juga kita sering bersikap apriori terhadap gaya kepemimpinan seseorang. Hal ini adalah wajar. Kita dapat melihat gaya kepemimpinan yang sering diterapkan antara lain: gaya kepemimpinan otoriter, demokratis, kendali bebas, kompromis, visioner, dan sebagainya. Dengan berbagai gaya memimpin tersebut maka kita dapat mengenal sifat dan nilai yang dimiliki oleh seseorang pemimpin. Pengkajian dari beberapa aspek juga telah banyak dilakukan melalui penelitian oleh para ahli mengenai kepemimpinan yang paling mendasar dan sekaligus merupakan klasifikasi kepemimpinan saat ini.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lewin (1939) tentu telah kita mengenal pembagian kepemimpinan dalam tiga kategori, yaitu autocratic leadersihp, democratic leadership, dan delegative leadership. Masing-masing kategori ini mempunyai ciri-ciri khas yang membedakan sau dengan yang lainnya.

Oleh karena itu marilah kita melihat landasan pembangunan yang akan dipersiapkan dalam menyongsong tahun 2018 sebagai tempat berpijak masyarakat NTB di masa yang akan datang. Pembangunan ekonomi merupakan andalan masyarakat sedangkan bidang-bidang lainnya bersifat sebagai pendukung, pelengkap dan penunjang. Pembangunan ekonomi dilakukan seirama dengan bidang sosial, sehingga hasil yang membanggakan dari sektor pertanian dan non pangan lainnya dapat dilihat. Hal ini menjadi tantangan bagi pejabat  yang akan datang nantinya apabila sudah jelas standar ukurannya. Hal-hal tersebut merupakan suatu contoh sebagai komitmen pejabat yang akan datang yang harus ditempuh dalam masa lima tahun kedepan. Beberapa hal tersebut harus diterapkan karena beberapa alasan sebagai berikut:

  1. Kita telah meletakkan titik berat pada sektor pertanian dan industri untuk mendukung pembangunan pertanian.
  2. Meletakkan titik pada sektor pertanian untuk melanjutkan usaha swasembada pangan maupun untuk menunjang industri
  3. Pemerataan dapat berupa kesempatan kerja, pemerataan pendapatan anggota masyarakat dan pemerataan kesempatan berusaha.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas tentu akan menimbulkan suatu gagasan. Sehingga gagasan inilah menjadi harapan masyarakat NTB kedepan.

Selaras dengan firman Allah (QS An-Naml [65]) “Katakanlah: Tiada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib kecuali Allah, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.”

Wallahu A’lam Bishawab

Oleh: Dr. H. Umar Said, SH., MM – Ketua STIE AMM Mataram